Kalau ada konsep yang paling polluted dalam ranah sosial budaya, maka salah satunya adalah konsep kebudayaan. Betapa tidak? Istilah kebudayaan ini digunakan oleh semua orang, semua disiplin ilmu pengetahuan —khususnya sosial budaya— untuk kepentingan yang beraneka ragam. Ahli fi lsafat menggunakan istilah ini untuk menggambarkan manusia sebagai makhluk yang berakal budi sehingga pembedaan antara yang benar dan salah menjadi absah dalam kehidupan, keanekaragaman manusia di muka bumi dibawa ke dalam ruang universalitas, yang mana aturan-aturan mengenai “sebagaimana adanya” diterjemahkan lebih luas menjadi “sebagaimana seharusnya”.
Bentuk-bentuk kekuasaan otoriter yang absah dalam konteks keanekaragaman kebudayaan menurut sarjana antropologi mungkin menjadi korup menurut kacamata fi lsafat karena kekuasaan yang seharusnya adalah demokratis yang menyejahterakan manusia. Para seniman dan sastrawan tak kalah banyak menggunakan istilah kebudayaan ini. Bahkan, kerap kali kita menemukan istilah kebudayaan dianggap identik dengan seni
dan sastra, seni dan budaya dianggap kata tunggal. Bagi mereka, karya seni dan sastra adalah puncak kebudayaan. Kebebasan manusia dalam berpikir dan bertindak menjadi gagasan primadona yang seyogianya tidak terkurung dalam batas-batas.
Upaya mencari kebebasan kerap kali menjadi kegelisahan yang tak habis-habisnya. Selain itu, tak kurang para tokoh tertentu —meski keahliannya jauh kaitannya dari kebudayaan— dibaiat sebagai budayawan sehingga dianggap sahih untuk menyampaikan pidato kebudayaan di forum terhormat di Bentara Budaya atau Taman Ismail Marzuki.
dan sastra, seni dan budaya dianggap kata tunggal. Bagi mereka, karya seni dan sastra adalah puncak kebudayaan. Kebebasan manusia dalam berpikir dan bertindak menjadi gagasan primadona yang seyogianya tidak terkurung dalam batas-batas.
Upaya mencari kebebasan kerap kali menjadi kegelisahan yang tak habis-habisnya. Selain itu, tak kurang para tokoh tertentu —meski keahliannya jauh kaitannya dari kebudayaan— dibaiat sebagai budayawan sehingga dianggap sahih untuk menyampaikan pidato kebudayaan di forum terhormat di Bentara Budaya atau Taman Ismail Marzuki.
Download Buku Refilosofi Kebudayaan Pergeseran Pascastruktural
ARTIKEL TERKAIT:
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan Tinggalkan Komentarnya