I. JUDUL PERCOBAAN
Penentuan Koefisien Distribusi
II. TUJUAN PERCOBAAN
Menetukan koefisien distribusi I2 dalam sistem air-kloroform
III. LANDASAN TEORI
Ekstraksi
adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat
terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil
zat terlarut tersebut dari suatu pelarut ke pelarut yang lain.
Seringkali campuran bahan padat dan cair (misalnya bahan alami) tidak
dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau
termis. Misalnya saja, karena komponennya saling bercampur secara sangat
erat, peka terhadap panas, beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil,
atau tersedia dalam konsentrasi yang terlalu rendah (Rahayu. 2009).
Bila
senyawa organik tidak larut sama sekali dalam air, pemisahannya akan
lengkap. Namun, nyatanya, banyak senyawa organik, khususnya asam dan
basa organik dalam derajat tertentu larut juga dalam air. Hal ini
merupakan masalah dalam ekstraksi. Untuk memperkecil kehilangan yang
disebabkan gejala pelarutan ini, disarankan untuk dilakukan ekstraksi
berulang. Anggap anda diizinkan untuk menggunakan sejumlah tertentu
pelarut. Daripada anda menggunakan keseluruhan pelarut itu untuk satu
kali ekstraksi, lebih baik anda menggunakan sebagian-sebagian pelarut
untuk beberapa kali ekstraksi. Kemudian akhirnya menggabungkan
bagian-bagian pelarut tadi. Dengan cara ini senyawa akan terekstraksi
dengan lebih baik. Alasannya dapat diberikan dengan menggunakan hukum
partisi (Takeuchi. 2009).
Hukum
distribusi atau partisi. Cukup diketahui berbagai zat-zat tertentu
lebih mudah larut dalam pelarut-pelarut tertentu dibandingkan dengan
pelarut-pelarut yang lain. Jadi iod jauh lebih dapat larut dalam karbon
disulfida, kloroform, atau karbon tetraklorida. Lagi pula, bila
cairan-cairan tertentu seperti karbon disulfida dan air, eter dan air,
dikocok bersama-sama dalam satu bejana dan campuran kemudian dibiarkan,
maka kedua cairan akan memisah menjadi dua lapisan. Cairan-cairan
seperti itu dikatakan sebagai tak-dapat-campur (karbon disulfida dan
air) atau setengah-campur (eter dan air), bergantung apakah satu ke
dalam yang lain hampir tak dapat larut atau setengah larut. Jika iod
dikocok bersama suatu campuran karbon disulfida dan air kemudian
didiamkan, iod akan dijumpai terbagi dalam kedua pelarut. Suatu keadaan
kesetimbangan terjadi antara larutan iod dalam karbon disulfida dan
larutan iod dalam air (Vogel. 1986 : 145).
Menurut
hukum distribusi Nerst, bila ke dalam kedua pelarut yang tidak saling
bercampur dimasukkan solut yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut
maka akan terjadi pembagian kelarutan. Kedua pelarut tersebut umumnya
pelarut organik dan air. Dalam praktek solutakan terdistribusi dengan
sendirinya ke dalam dua pelarut tersebut setelah di kocok dan dibiarkan
terpisah. Perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua pelarut tersebut
tetap, dan merupakan suatu tetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut
disebut tetapan distribusi atau koefisien distribusi. Koefisien
distribusi dinyatakan dengan berbagai rumus sebagai berikut :
KD = C2/C1 atau KD = Co/Ca
(Soebagio. 2002 : 34).
Jika
ke dalam sistem dua fasa cair yang tak dapat saling bercampur
ditambahkan zat ketiga yang dapat melarut pada keduanya maka zat ketiga
akan terdistribusi diantara ke dua fasa tadi dalam jumlah tertentu. Bila
larutan jenuh I2 dalam CHCl3 dikocok dalam air yang tidak larut dalam CHCl3, maka I2 akan terbagi dalam air dan dalam CHCl3. Setelah tercapai kesetimbangan perbandingan konsentrasi I2 dalam air dan CHCl3
pada temperatur tetap juga tetap,. Kenyataan ini merupakan akibat
langsung hukum termodinamika pada kesetimbangan. Jika potensial kimia
dari solute dalam larutan encer dalam larutan adalah :
U1 = U10 + kT In C1
Dan pada larutan air adalah :
U2 = U20 + kT In C2
(Tim Dosen Kimia Fisik. 2012 : 17).
Jika
tidak terjadi asosiasi, disosiasi atau polimerisasi pada fase-fase
tersebut dan keadaan yang kita punya adalah ideal, maka harga KD sama dengan D. untuk tujuan praktis sebagai ganti harga KD
atau D, lebih sering digunakan istilah persen ekstraksi (E). ini
berhubungan dengan perbandingan distribusi dalam persamaan sebagai
berikut :
D = (Vw/Vo E)/(100-E) , dimana Vw = volume fase air, Vo = volume fase organik
(Khopkar. 2008 : 91).
IV. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Buret 50 mL 2 buah
b. Corong pisah 250 mL 2 buah
c. Pipet volume 5 mL, 10 mL dan 20 mL
d. Pipet tetes
e. Gelas ukur 10 mL dan 100 mL
f. Batang pengaduk 3 buah
g. Labu erlenmeyer 250 mL bertutup asa 3 buah
h. Labu erlenmeyer 250 mL 3 buah
i. Statif dan klem 4 buah
2. Bahan
a. Larutan jenuh I2 dalam CHCl3
b. Aquades (H2O)
c. Natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,1 N
d. Tissue
V. PROSEDUR KERJA
1. Mengukur 150 mL larutan I2 jenuh dalam CHCl3.
Kemudian memasukkan dalam corong pisah. Menambahkan 100 mL aquades
kemudian di kocok dan diamkan, tunggu sampai tercapai kesetimbangan
2.
Memisahkan lapisan atas dan bawah. Masing-masing lapisan dipipet 5 mL,
memasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian dititrasi dengan larutan natrium
tiosulfat. Mengulangi sebanyak tiga kali. Mencatat volume tiosulfat
yang diperlukan pada kedua titrasi tersebut.
VI. HASIL PENGAMATAN
150 mL larutan jenuh I2 dalam CHCl3 (ungu) > 100 mL H2O (bening) -à
terbentuk dua lapisan (lapisan atas : kuning, bawah : ungu) >
terbentuk dua lapisan (atas : orange (air), bawah : ungu pekat (CHCl3))
Untuk lapisan air 5 mL
Titrasi
|
V Na2S2O3 0,1 N
|
I
|
0,5 mL
|
II
|
0,5 mL
|
III
|
0,5 mL
|
Vrata-rata = (0,5+0,5+0,5)mL/3 = 0,5 mL
Untuk lapisan I2 dalam CHCl3 5 mL
Titrasi
|
V Na2S2O3 0,1 N
|
I
|
18,5 mL
|
II
|
18,0 mL
|
III
|
18,7 mL
|
V rata-rata = (18,5+18,0+18,7)mL/3 = 18,4 mL
VII. ANALISIS DATA
Dik : N Na2S2O3 = 0,1 N
VI 1 Na2S2O3 = 0,5 mL
VI 2 Na2S2O3 = 0,5 mL
VI 3 Na2S2O3 = 0,5 mL
VII 1 Na2S2O3 = 18,5 mL
VII 2 Na2S2O3 = 18,0 mL
VII 3 Na2S2O3 = 18,7 mL
Dit : KD dari I2 . . . ?
Peny : a. Erlenmeyer I
-
Konsentrasi I2 pada lapisan air (Ca)
Ca = ((VI 1 x N)Na2S2O3)/(V iod)
= (0,5 mL x 0,1 N)/(150 mL)
= 0,00033 N
-
Konsentrasi I2 pada lapisan kloroform (Co)
Co = ((VII 1 x N) Na2S2O3)/(V iod)
= (18,5 mL x 0,1 N)/(150 mL)
= 0,01233 N
KDI = Ca/Co
= (0,00033 N)/(0,01233 N)
= 0,02676
b. Erlenmeyer II
-
Konsentrasi I2 pada lapisan air (Ca)
Ca = ((VI 2 x N)Na2S2O3)/(V iod)
= (0,5 mL x 0,1 N)/(150 mL)
= 0,00033 N
-
Konsentrasi I2 pada lapisan kloroform (Co)
Co = ((VII 2 x N) Na2S2O3)/(V iod)
= (18,0 mL x 0,1 N)/(150 mL)
= 0,01200 N
KDI = Ca/Co
= (0,00033 N)/(0,01200 N)
= 0,02750
c. Erlenmeyer III
-
Konsentrasi I2 pada lapisan air (Ca)
Ca = ((VI 3 x N)Na2S2O3)/(V iod)
= (0,5 mL x 0,1 N)/(150 mL)
= 0,00033 N
-
Konsentrasi I2 pada lapisan kloroform (Co)
Co = ((VII 3 x N) Na2S2O3)/(V iod)
= (18,7 mL x 0,1 N)/(150 mL)
= 0,01247 N
KDI = Ca/Co
= (0,00033 N)/(0,01247 N)
= 0,02646
Komponen distribusi iod :
KD rata-rata = (KD 1+ KD 2+ KD 3)/3
= (0,02676+0,02750+0,02646 )/3
= 0,06308
VIII. PEMBAHASAN
Prinsip dasar percob`an ini yaitu distribusi zat terlarut I2
ke dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur yaitu ait dan
kloroform, dimana menurut hukum distribusi Nerst, jika ke dalam sistem
dua fasa cair yang tidak saling bercampur dimasukkan solut yang dapat
larut dalam kedua pelarut tersebut maka akan terjadi pembagian
kelarutan. Perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua pelarut
tersebut tetap dan merupakan suatu ketetapan pada suhu tetap. Tetapan
tersebut adalah tetapan distribusi atau koefisien distribusi (KD).
Pada percobaan, larutan jenuh I2 dalam CHCl3 ditambahkan dengan aquades yang merupakan pelarut yang tidak saling campur dengan CHCl3 dan diperoleh dua lapisan. Adanya perbedaan kepolaran antara iar dan CHCl3 dimana air bersifat polar sedangkan CHCl3
bersifat nonpolar sehingga terbentuk dua lapisan, dimana lapisan atas
merupakan air dan lapisan bawah adalah kloroform. Hal ini disebabkan
karena massa jenis air yakni 1 g/mL lebih kecil dibandingkan massa jenis
kloroform yakni 1,48 g/mL sehingga air berada pada lapisan atas dan
lapisan bawahnya adalah kloroform. Kemudian dikocok agar I2 terdistribusi dengan maksimal ke kloroform dan air, lalu dipisahkan dan dititrasi dengan Na2S2O3 serta mencatat volume Na2S2O3
yang dipakai hingga tercapai titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi
ditandai dengan perubahan warna. Pada lapisan air dari warna orange
menjadi bening sedangkan pada lapisan kloroform dari warna ungu menjadi
bening. Berdasarkan analisis data, diperoleh KD1 = 0,02676, KD2 = 0,02750 dan KD3 = 0,02646. Artinya iod yang terdistribusi ke fase air lebih banyak dibandingkan iod yang terdistribusi ke fasa organik (CHCl3). Adapun rekasinya yaitu :
2S2O32- + I2 —–à S4O62_ + 2I-
2Na2S2O3 + 2I- —–.> Na2S2O6 + 2NaI
IX. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Harga koefisien iod dalam sistem air klorofom yaitu 0,06308
2. Saran
Dalam percobaan ini, seharusnya cara pengocokan kosntan (satu arah) sehingga iod dapat terdistribusi sempurna dengan cepat.
DAFTAR PUSTAKA
Khopkar, S.M. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.
Rahayu, Suparni Setyowati. 2009. Ekstraksi. http://www.chem-is-try.org/materi-kimia/kimia_industri/teknologi_proses/ekstraksi/. Diakses pada tanggal 30 Mei 2012.
Soebagio, dkk. 2000. Kimia Analitik II (JICA). Malang : Universitas Negeri Malang.
Takeuchi, Yoshito. 2009. Metode Pemisahan Standar. http://www.chem-is-try.org/materi-kimia/kimia_dasar/pemurnian_material/metode_pemisahan_standar/. Diakses pada tanggal 30 Mei 2012.
Tim Dosen Kimia Fisik. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Fisik I. makassar : Universitas Negeri Makassar.
Vogel. 1986. Buku Teks Analisis Secara Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta : PT. Kalman Media Pustaka.
ARTIKEL TERKAIT:
Praktikum Kimia Analitik
- Laporan Praktikum penentuan kadar Mg dengan UV-VIS
- Laporan Praktikum Analisis mineral dengan AAS
- Laporan Praktikum Kromatografi Lapis Tipis
- Laporan Praktikum Kromatografi Kertas
- Laporan Praktikum Resin penukar kation
- Laporan Praktikum Penukar Kation-Anion
- LAPORAN PENENTUAN ASAM-ASAM LEMAK PADA SABUN DENGAN METODE EKSTRAKSI PELARUT DAN GC (GAS CHROMATOGRAPY)
- Laporan Praktikum Penentuan Surfaktan Anionik secara Ekstraksi-Spektrofotometri
- Laporan Praktikum Penentuan Koefisien Distribusi
- Laporan Praktikum Penentuan titik akhir titrasi
- Praktikum Titrasi Pengendapan
- Laporan Praktikum Titrasi Redoks
- Laporan Argentometri
- Praktikum Rekristalisasi
- LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PERCOBAAN IV | Dokumen
Praktikum Kimia Fisika
- Laporan Praktikum Fisika Dasar 2 "Pembiasan Cahaya Pada Cairan"
- Laporan Praktikum Ayunan Sederhana
- Laporan Praktikum Penentuan Koefisien Distribusi
- Kinetika reaksi halogenasi aseton
- Laporan Praktikum Tegangan Permukaan
- Laporan Praktikum Isoterm Adsorpsi
- Laporan Praktikum Penentuan Volum Molal Parsial
- Laporan Praktikum Sistem Zat Cair Tiga Komponen
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan Tinggalkan Komentarnya