Oleh: Rosita
BAB I
LATAR BELAKANG
I.1 Latar Belakang
Larutan merupakan
fase yang setiap hari ada disekitar kita. Suatu sistem homogen yang mengandung
dua atau lebih zat yang masing-masing komponennya tidak bisa dibedakan secara
fisik disebut larutan, sedangkan suatu sistem yang heterogen disebut campuran.
Larutan standar
dalam titrasi memegang peranan yang amat penting, hal ini disebabkan larutan
ini telah diketahui konsentrasi secara pasti (artinya konsentrasi larutan
standar adalah tepat dan akurat).
Percobaan pembuatan dan pembakuan larutan ini sangat berperan penting dalam proses
analisa volumetrik yang merupakan analisis kuantitatif dengan mereaksikan suatu
zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui
konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan
standar tersebut berlangsung secara kuantitatif.
Dalam bidang farmasi, analisa volumetri
inilah yang digunakan untuk menentukan kadar suatu
obat dengan teliti karena dengan titrasi ini, penyimpangan titik ekivalen lebih
kecil sehingga lebih mudah untuk mengetahui titik akhir titrasinya yang
ditandai dengan suatu perubahan warna, begitu pula dengan waktu yang digunakan
seefisien mungkin.
I.2 Maksud & Tujuan
I.2.1 Maksud Percobaan
-
Mengenal macam-macam larutan baku
-
Membuat larutan baku dengan konsentrasi tertentu.
I.2.2 Tujuan percobaan
-
Dapat membuat larutan baku dari bahan padat dengan konsentrasi tertentu
-
Dapat membuat larutan baku dari bahan cair dengan
konsentrasi tertentu
I.3 Prinsip Percobaan
Pembuatan larutan baku NaOH dan HCl dengan konsentrasi tertentu dilakukan
dengan melarutkan homogen NaOH/HCl ke
dalam pelarut aquadest. Pembakuan NaOH dengan menggunakan larutan baku primer Kalium
biftalat dititrasi dengan NaOH 0,1 N dengan menggunakan indikator PP hingga
terjadi titik akhir. Pembakuan HCl dengan menggunakan larutan baku primer
Natrium carbonat dititrasi dengan HCl 0,1 N dengan menggunakan indikator PP
hingga terjadi titik akhir.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
II.1.1 Definisi Larutan
Larutan adalah
sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut, kecuali dinyatakan lain pelarut
digunakan air suling (1).
Larutan adalah
campuran homogen dua zat atau lebih yang saling melarutkan dan masing-masing
zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara fisik. Larutan terdiri atas
zat terlarut dan pelarut (2)
Larutan adalah
campuran homogen dalam suatu campuran terdapat molekul-molekul, atom-atom,
ion-ion dan zat atau lebih disebut campuran, karena susunannya dapat
diubah-ubah disebut campuran homogen, karena komponen-komponen penyusunnya
telah kehilangan sifat fisiknya dan susunannya sangat seragam sehingga tidak
dapat diamati (3).
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain adalah tekanan dan suhu. Kelarutan
zat padat dan cairan tidak terpengaruh oleh tekanan, sedangkan kelarutan
gas-gas akan bertambah, apabila tekanan diperbesar (3)
II.1.2 Komponen
Larutan
Ada dua komponen
yang penting dalam suatu larutannya, yaitu pelarut dan zat yang dilarutkan
dalam pelarut tersebut, zat yang dilarutkan itu disebut zat terlarut. Apabila
dua atau lebih komponen dicampurkan dan dalam larutan sama. Dalam hal ini baik
alkohol maupun air dapat disebut zat terlarut atau pelarut. (4)
II.1.3 Jenis-Jenis
Larutan
-
Gas dalam gas – seluruh campuran gas
-
Gas dalam cairan – oksigen dalam air
-
Cairan dalam cairan – alkohol dalam air
-
Padatan dalam cairan – gula dalam air
-
Gas dalam padatan – hidrogen dalam paladium
-
Cairan dalam padatan – Hg dalam perak
-
Padatan dalam padatan – alloys
II.1.4 Kosentrasi
Larutan
Kosentrasi larutan
menyatakan banyaknya zat terlarut dalam suatu larutan. Apabila zat terlarut
banyak sekali, sedangkan pelarutnya sedikit, maka dapat dikatakan bahwa larutan
itu pekat atau kosentrasinya sangat tinggi. Sebaliknya bila zat yang terlarut
sedikit sedangkan pelarutrnya sangat banyak, maka dapat dikatakan larutan itu
encer atau kosentrasinya sangat rendah.
Banyak cara untuk
memeriksa kosentrasi larutan, yang semuanya menyatakan kuantitas zat terlarut
dalam kuantitas pelarut (atau larutan). Dengan demikian, setiap sistem
kosentrasi harus menyatakan butir-butir berikut (5) :
1.
Satuan yang digunakan untuk zat terlarut
2.
Kuantitas kedua dapat berupa pelarut atau larutan keseluruhan.
3.
Satuan yang digunakan untuk kuantitas kedua.
Kosentrasi dapat
dinyatakan dengan beberapa cara yaitu :
a.
Persen Volum
Persen volum menyatakan jumlah liter zat
terlarut dalam 100 liter larutan, misalnya : Alkohol 76% berarti dalam 100
liter larutan alkohol terdapat 76 liter alkohol murni.
b.
Persen Massa
Persen Massa menyatakan jumlah gram zat
terlarut dalam 100 gram larutan contohnya : Sirup merupakan larutan gula 80%
artinya dalam 100 gram sirup terdapat 80
gram gula.
c.
Molaritas
Molaritas menyatakan banyaknya mol zat terlarut perkilo gram
pelarut tang terkandung dalam suatu larutan molaritas (m) tidak dapat di hitung
dari kosentrasi molar (M), kecuali jika rapatan (densitar) larutan itu di
ketahui.
d.
Molalitas
Molaritas
menyatakan jumlah Mol zat terlarut setiap kilogram dalam 1 liter larutan
contohnya : NaCl
berarti 1 liter larutan terdapat 0,1 Mol NaCl
e.
Normalitas
Normalitas suatu larutan adalah jumlah gram
ekuivalen zat terlarut yang terkandung di dalam 1 liter larutan. Batas
ekuivalen adalah fraksi bobot molekul yang berkenaan dengan satu satuan
tertentu, reaksi kimia dan 1 gram ekuivalen adalah fraksi yang sama dari pada 1
mol.
f.
Fraksi Mol
Fraksi mol suatu dalam larutan didefinisikan
sebagai banyaknya mol (n) komponen itu, dibagi dengan jumlah mol keseluruhan
komponen dalam larutan itu.
Jumlah fraksi
seluruh komponen dalam setiap larutan adalah :
X (terlarut) =n (terlarut)
n (terlarut) + n (pelarut)
X (Pelarut) =n (pelarut)
n (terlarut) + n (pelarut)
Dalam persentase
fraksi mol dinyatakan sebagai mol persen.
II.1.5 Perbandingan
antara berbagai skala konsentrasi
Skala konsentrasi
molar dan normalitas sangat bermanfaat untuk. Eksperimen volumetri dimana
kuantitas zat terlarut dalam larutan dengan volume bagian larutan itu. Skala
normalitas sangat menolong dalam membandingkan volume dua larutan yang
diperlukan untuk bereaksi secara kimia (4).
Keterbatasan skala
normalitas adalah bahwa suatu larutan mungkin mempunyai lebih dari satu nilai
normalitas, bergantung pada reaksi yang menggunakannya. Kosentrasi molar larutan
sebaliknya merupakan suatu bil tetap karena bobot molekul zat itu tidak
bergantung pada reaksi yang menggunakannya (4).
Skala fraksi mol
sangat berguna dalam karya-karya teoritas karena banyak sifat-sifat fisika
larutan dapat dinyatakan dengan lebih jelas dalam perbandingan jumlah molekul
pelarut dan zat terlarut. (6).
Kimia volumetri
yaitu pembuatan larutan baku. Zat murni di timbang dengan teliti, kemudian di
larutkan dalam labu ukur sampai volume tertentu dengan tepat. Dimana
normalitasnya diperoleh dengan perhitungan larutan-larutan baku primer yaitu
natrium oksalat, kalium bikromat, natrium karbonat, kalium iodida.
Zat-zat kimia yang dipakai untuk membuat
larutan harus memenuhi syarat :
1.
Zat yang digunakan harus murni dan mempunyai rumus molekul
yang pasti.
2.
Zat yang digunakan harus mempunyai berat ekuivalen yang pasti.
3.
Zat yang digunakan mudah di keringkan.
4.
Stabil dimana larutan baku primer dapat dipakai untuk
menentukan
kadar larutan yang tidak diketahui.
II.1.6 Larutan Baku
Larutan baku
(standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan
konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas).
Senyawa yang digunakan untuk membuat larutan baku dinamakan senyawa baku.
Senyawa baku
dibedakan menjadi dua, yaitu :
1.
Baku primer adalah bahan dengan kemurnian tinggi yang
digunakan untuk membakukan larutan standar dan untuk membuat larutan baku yang
konsentrasi larutannya dapat dihitung dari hasil penimbangan senyawanya dan
volume larutan yang dibuat. Contohnya : H₂C₂O₄ . 2H₂O, Asam Benzoat (C₆H₅COOH), Na₂CO₃, K₂Cr₂O₇, As₂O₃, KBrO₃, KIO₃, NaCl, dll.
Syarat-syarat baku
primer :
-
Diketahui dengan pasti rumus molekulnya
-
Mudah didapat dalam keadaan murni dan mudah dimurnikan
-
Stabil, tidak mudah bereaksi dengan CO₂, cahaya dan uap air
-
Mempunyai Mr yang tinggi
2.
Baku sekunder adalah bahan yang telah dibakukan sebelumnya
oleh baku primer kareana sifatnya yang tidak stabil, dan kemudian digunakan
untuk membakukan larutan standar. Contoh : larutan natrium tiosulfat pada pembakuan
larutan iodium.
Contoh larutan baku
primer :
-
NaOH, H₂C₂O₄ (as. oksalat), C₆H₅COOH (as. benzoat), KHP
-
HCl, Na₂B₄O₇ (nat. tetraborat), Na₂CO₃ (nat. karbonat)
-
KMnO₄, H₂C₂O₄, As₂O₃ (arsen trioksida)
-
Iodium, As₂O₃, Na₂S₂O₃.5H₂O baku (nat. tio sulfat)
-
Serium (IV) Sulfat, As2O₃, serbuk Fe pa.
-
AgNO₃, NaCl, NH₄CNS
-
Na₂S₂O₃, K₂Cr₂O₇, KBrO₃, KIO₃
-
EDTA, CaCO₃ pa, Mg pa
Indikator adalah
zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai.
Umumnya indikator yang digunakan adalah indikator azo dengan warna yang
spesifik pada berbagai perubahan pH.
Titik Ekuivalen
adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara zat
yang dianalisis dan larutan standar.
Titik akhir titrasi
adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indikator yang menunjukkan
titik ekuivalen reaksi antara zat yyang dianalisis dan larutan standar.
Pada umumnya, titik
ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir titrasi.
Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil
analisis pada suatu senyawa. Pada kebanyakan titrasi titik ekuivalen ini tidak
dapat diamati, karena itu perlu bantuan senyawa lain yang dapat menunjukkan
saat titrasi harus dihentikan. Senyawa ini dinamakan indikator.
Syarat-syarat yang
harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetrik adalah sebagai berikut
:
-
Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.
-
Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan
persamaan reaksi yang kuantitatif/stokiometrik.
-
Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen
tercapai, baik secara kimia maupun secara fisika.
-
Harus ada indikator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan
kimia atau fisika. Indikator potensiometrik dapat pula digunakan.
II.2 Uraian Bahan
1.
Air Suling (1)
Nama Resmi : Aqua Destilata
Nama Lain : Air Suling,Aquades
Rm/Bm : H₂O / 18,02
Pemberian : Cairan Jernih,tidak
berwarna,tidak berbau,tidak mempunyai
rasa
Kelarutan : -
Penyimpanan
: Didalam wadah tertutup baik
Kegunaan :
Sebagai pelarut
2.
Natrium Hidroksida (1)
Nama resmi :
Natrium Hydroxydium
Nama Lain :
Natrium hidroksida
Rm/Bm :
NaOH/40.00
Pemerian :
Bentuk batang,massa hablur atau
keeping-keping ,rapuh dan mudah meleleh basah,sangat Alkalis dan korosif,
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%)
Penyimpanan
: Mengandung tidak kurang
dari 97,5% akali jumlah dihitung sebagai NaOH dan tidak lebih dari 2,5% NaCO3
Kegunaan :
Sebagai zat tambahan
3.
Kalium Biftalat (1)
Nama Resmi : Kalium Hidrogenftalat
Nama lain : Kalium biftalat
Rm/Bm : CO2 H,C6H4,CO2K.
/ 204,44
Pemberian
: Serbuk hablur,putih tidak berwarna
Kelarutan :
Larut perlahan dalam air,larutan jernih
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kandungan : Menggandung tidak kurang dari
99,9% dan tidak lebih dari 1001,0% C8H5 KO4,dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan.
Khasiat : -
Kegunaan :
Sebagai baku primer
4.
Asam Klorida (1)
Nama Resmi : Acidum Chloridum
Nama Lain : HCl, Asam Klorida
Pemerian : Cairan, tidak
berwarna, berasap, bau merangsang. Jika diencerkan dengan 2 bagian air, asap
dan bau hilang
Keasaman-Kebasaan : Larutan yang sangat encer masih
bereaksi asam kuat terhadp kertas lakmus P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
baik
Khasiat dan
kegunaan : Zat tambahan
5.
Natrium Karbonat (1)
Nama Resmi : Natrii
Carbonas
Nama Lain : Natrium Karbonat
Kelarutan : Mudah larut
dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
baik
Khasiat dn kegunaan : Zat tambahan, keratolitikum
6.
Fenolftalein (1)
Nama Resmi : FenolFtalein
Nama Lain : PP
RM/BM : C20H14O4
Reaksi : Tidak
berwarna dalam suasana asam dan alkali lemah dan memberikan warna merah dalam
larutan alkali kuat
Kegunaan : Indikator
BAB III
METODE KERJA
III.1
Alat dan Bahan
A.
Alat yang digunakan
Adapun alat - alat
yang digunakan dalam percobaan pembuatan larutan baku antara lain timbangan analitik,
labu ukur 50 ml dan 100 ml, gelas erlenmeyer, pipet volum 25.0 ml, kaca arloji,
sendok anduk, buret , oven dan botol semprot.
B.
Bahan yang digunakan
Bahan – bahan yang diperlukan
pada saat percobaan kesetimbangan yaitu Aquadest, Tissue, HCl, NaOH, Na₂CO₃, K. H. Fhtalat, indikator FenolFtalein dan kertas
perkamen.
III.2 Cara Kerja
III.2.1 Pembuatan dan pembakuan NaOH 0,1 N
a). Pembuatan larutan baku sekunder NaOH 0,1 N
Menyiapkan alat dan bahan yang
dibutuhkan lalu menimbang seksama NaOH sebanyak 0,2260 gr dengan timbangan analitik diatas wadah kaca
arloji. Memasukkan ke dalam erlenmeyer dan
menambahkan sedikit aquadest hingga larut. Memindahkan kedalam labu ukur 50 ml,
dibilas erlemeyer lalu menambahkan aquadest hingga tepat 50 ml skala labu ukur,
kemudian menghomogenkan. Memindahkan larutan NaOH ke dalam erlenmeyer dan menutup
rapat lalu memberi label NaOH.
b). Pembuatan
Larutan Baku primer Kalium Biftalat
Menyiapkan alat dan bahan yang
dibutuhkan lalu memanaskan Kalium Biftalat di dalam oven selama 2 jam dengan
suhu 180⁰ C - 280⁰ C dan menimbang seksama kalium Biftalat sebanyak 0,1010 gr
dengan timbangan analitik di atas kertas perkamen. Memasukkan hasil timbangan
ke dalam erlenmeyer dan menambahkan sedikit aquadest. Memindahkan ke dalam labu
ukur sambil membilas erlemeyer kemudian menambahkan aquadest hingga 100 ml ke dalam
labu ukur kemudian menghomogenkan.
c). Pembakuan NaOH
dengan Kalium Biftalat
Menyiapkan alat dan bahan dan membersihkannya
atau mencuci buret dengan aquades lalu membilas dengan larutan NaOH. mengisi
buret dengan larutan NaOH hingga tepat skala 0 pada buret. Memipet kalium
Biftalat masing-masing 25 ml ke dalam erlenmeyer dan menambahkan indikator
Fenolftaleien 4 tetes, homogenkan. Titrasi dengan NaOH secara perlahan-lahan
dan tetes demi tetes sambil terus menghomogenkan hingga terjadi perubahan warna
menjadi merah muda kemudian mencatat volume titrasi NaOH tepat saat perubahan
warna dari tidak berwarna menjadi merah muda. Ulangi lagi dua kali percobaan.
III.2.1 Pembuatan
dan pembakuan HCl 0,1 N
a). Pembuatan larutan baku sekunder HCl 0,1 N
Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
kemudian mengukur seksama HCl sebanyak 0,8360 gr dengan menggunakan pipet skala
lalu memasukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan menambahkan aquadest hingga tepat
100 ml skala labu ukur, kemudian menghomogenkan. Memindahkan larutan HCl ke
dalam erlenmeyer dan ditutup rapat dan memberikan label HCl
b). Pembuatan
Larutan baku primer Natrium Karbonat
Menyiapkan alat dan bahan yang
dibutuhkan lalu memanaskan Natrium karbonat didalam oven selama 2 jam dengan
suhu 180⁰ C - 280⁰ C. Selanjutnya menimbang Natrium karbonat sebanyak 0,103 g
dengan timbangan analitik diatas kertas perkamen dan memasukkan hasil timbangan
ke dalam erlenmeyer dan menambahkan sedikit aquadest. memindahkan ke dalam labu
ukur dan menambahkan aquadest hingga 100 ml dalam labu ukur kemudian menghomogenkannya.
c). Pembakuan HCl
dengan Natrium Karbonat
Menyiapkan alat dan
bahan lalu membersihkannya atau mencuci buret dengan aquadest lalu membilas
dengan larutan HCl. Mengisi buret dengan HCl hingga tepat skala 0 pada buret.
Memipet Natrium carbonat masing-masing 25 ml ke dalam labu erlenmeyer dan menambahkan
indikator Fenolftaleien 4 tetes. Mencampurkan atau menggoyangkan hingga homogen.
Titrasi dengan HCl secara perlahan-lahan dan tetes demi tetes sambil terus
dihomogenkan sampai warna merah muda pada larutan hilang. Mencatat volume
titrasi HCl tepat saat perubahan warna dari merah muda menjadi jernih. Mengulangi
lagi dua kali percobaan.
.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Pengamatan
K.H Fhtalat yang
ditimbang = 0,101 g
Tabel pengamatan
hasil pembakuan NaOH dengan K.H Fhtalat
No.Titrasi
|
Volume K.H
Fhtalat
|
Pembacaan skala
buret
|
Volume titrasi
|
|
Titik awal
|
Titik Akhir
|
|||
1
|
25ml + PP
|
0
|
1,2
|
1,2 ml
|
2
|
25ml + PP
|
1,2
|
2,6
|
1,4 ml
|
3
|
25ml + PP
|
2,6
|
3,9
|
1,3 ml
|
Volume Rata-Rata =
Na₂CO₃ yang ditimbang = 0,103 g
Tabel pengamatan
hasil pembakuan HCl dengan Na₂CO₃
No.Titrasi
|
Volume Na₂CO₃
|
Pembacaan skala
buret
|
Volume titrasi
|
|
Titik awal
|
Titik Akhir
|
|||
1
|
25ml + PP
|
0
|
2,8
|
2,8 ml
|
2
|
25ml + PP
|
2,8
|
5,1
|
2,5 ml
|
3
|
25ml + PP
|
5,1
|
7,9
|
2,6 ml
|
Volume rata-rata =
IV.2 Perhitungan
dan Reaksi
IV.2.1 Perhitungan
Bahan Yang Ditimbang
1.
NaOH 0,1 N 50
ml
NaOH Na+
+ OH-
BM= Mr Na + Mr O + Mr H = 23 + 16 + 1 = 40
BE = BM = 40
W= N x L x BE
W= 0,1 x 0,1 x 40
W= 0,2 g 2000
mg
2.
HCl 0,1 N 100 ml
HCl H+ + Cl-
BM = Mr H + Mr Cl = 1 + 35,5 = 36,5
BE = BM = 36,5
Bj HCl =
1,18 g/ml
% =
37 %
N =
N =
N = 11,96 N
Pengenceran V₁ x N₁ = V₂ x N₂
100 x 0,1 = V₂ x 11,96
V₂ = 0,836 ml
IV.2.2 Perhitungan normalitas hasil titrasi
untuk
1.
NaOH 0,1 N 50
ml
Diketahui Volume
titrasi rata-rata = 1,3ml
BE = BM K.H fhtalat
= 204,44
Mol grek NaOH = mol
grek K.H fhtalat
V titrasi x N NaOH =
N NaOH =
N NaOH =
N
NaOH = 0,3800 x Faktor pengenceran
N NaOH = 0,3800
x
N NaOH = 0,0950 N
2.
Perhitungan HCl 0,1
N 100
ml
Na₂CO₃ + 2HCl 2NaCl + H₂CO₃
BM = 106
BE = ½ BM = 53
Mol grek HCl = mol
grek Na₂CO₃
V titrasi x N HCl =
N HCl =
N
HCl =
N
HCl = 0,7389339 x Faktor pengenceran
N HCl = 0,7389339 x
N HCl = 0,1847 N
IV.2.3 Reaksi
1.
NaOH Na+
+ OH-
2.
HCl H+ + Cl-
3.
4.
Na₂CO₃ + 2HCl 2NaCl + H₂CO₃
IV.3 Pembahasan
Ketelitian
dalam pengenceran merupakan salah satu faktor untuk memperoleh ketetapan
konsentrasi yang diinginkan, karena itu pengenceran akan lebih baik bila
dilakukan dalam labu ukur untuk membuat larutan dari bahan padat, maka
ditimbang sejumlah zat tertentu zat padat dilarutkan dalam air sampai volume
tertentu sesuai konsentrasi yang diinginkan. Konsentrasi larutan yang tepat
akan diperoleh pengambilan zat padat dan pengembangan dikerjakan dengan teliti
dan sebersih mungkin.
Titrasi
merupakan metode analisis kimia secara kuantatif yang biasa digunakan dalam labu
ukur untuk menentukan konsentrasi dari reaktrasi.
Titik
akhir adalah titik fitrasi pada indikator berubah untuk mengindikasi titik
akhir dalam rekasi indikator visual.
Titik ekuivalen
adalah titik konsentrasi asam dengan konsentrasi basa atau titik di mana jumlah
basa yang ditambahkan dengan jumlah asam yang dinetralkan. Dalam percobaan ini indikator
yang digunakan adalah fenolftalein, hal ini disebabkan karena fenol mempunyai
warna ungu dan tak berwarna atau penambah nion hidroksida, menghilangkan untuk
menggantikannya mengubah indikator-indikator menjadi warna ungu. Fenolftalein
juga digunakan tanda bereaksinya antara NaOH yang telah diraksikan Fenolftalein
dengan kalium biftalat.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari percobaan di
atas dapat diperoleh kesimpulan yaitu :
1. Untuk membuat NaOH
0,1 N ditimbang 0,226 mg NaOH padat dalam 100 ml aquades dan untuk membuat HCl
0,1 N dipipet 0,8360 ml dalam 100 ml aquadest
2. N NaOH yang
diperoleh setelah pembakuan 0,0950 N
N HCl yang
diperoleh setelah pembakuan 0,1847 N
V.2 Saran
Sebelum masuk Lab
kordinator bahan harus siapkan bahan
yang akan dipakai sebelum praktikum dimulai.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Dirjen POM.Farmakope
Indonesia, Edisi Ke-III. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI. 1979.
2.
http/kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2009/0700009/index.html.diakses
tanggal 11 November 2011.
3.
Isfar Anshary. Kimia I. Penerbit : Srikandi.
Surakatra.2002.
4.
Benny karyadi. Kimia. Jakarta.2000
5.
Ralp.H.Putrucci. Kimia dasar, Jilid 2
6.
E. G. Jereme. L.
Rossenberg. Kimia Dasar
7.
Tim Asisten. Penuntun Kimia Dasar. STIFA Kebangsaan.
Makassar. 2011
ARTIKEL TERKAIT:
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan Tinggalkan Komentarnya