STRUKTUR ATOM DAN SIFAT PERIODIK UNSUR
Bagaimana partikel-partikel penyusun atom (proton, netron, dan elektron) berada di
dalam atom digambarkan dengan struktur atom. Kedudukan elektron di sekitar inti
atom atau konfigurasi elektron di sekitar inti atom berpengaruh terhadap
sifat fisis dan kimia atom yang
bersangkutan.
Model atom Ernest Rutherford (1871-1937) tahun 1911
yang menyatakan bahwa atom terdiri dari inti kecil yang bermuatan positif
(tempat konsentrasi seluruh massa atom) dan dikelilingi oleh elektron pada
permukaannya. Namun teori ini tidak dapat menerangkan kestabilan atom. Sewaktu
mengelilingi proton, elektron mengalami percepatan sentripetal akibat pengaruh
gaya sentripetal (Gaya Coulomb). Menurut teori mekanika klasik dari Maxwell,
yang menyatakan bahwa partikel bermuatan bergerak maka akan memancarkan energi.
Maka menurut Maxwell bila elektron bergerak mengelilingi inti juga akan
memancarkan energi. Pemancaran energi ini menyebabkan elektron kehilangan
energinya, sehingga lintasannya berbentuk spiral dengan jari-jari yang mengecil, laju elektron
semakin lambat dan akhirnya dapat tertarik ke inti atom. Jika hal ini terjadi
maka atom akan musnah, akan tetapi pada kenyataannya atom stabil.
Maka pada tahun 1913, Niels Bohr menggunakan teori
kuantum untuk menjelaskan spektrum unsur. Berdasarkan pengamatan, unsur-unsur
dapat memancarkan spektrum garis dan tiap unsur mempunyai spektrum yang khas.
Menurut Bohr,
•
Spektrum garis menunjukkan
elektron dalam atom hanya dapat beredar pada lintasan-lintasan dengan tingkat
energi tertentu. Pada lintasannya elektron dapat beredar tanpa pemancaran atau
penyerapan energi. Oleh karena itu, energi elektron tidak berubah sehingga
lintasannya tetap.
•
Elektron dapat berpindah
dari satu lintasan ke lintasan lain disertai pemancaran atau penyerapan
sejumlah energi yang harganya sama dengan selisih kedua tingkat energi
tersebut.
Keterangan :
∆E = Energi yang menyertai perpindahan
elektron
Ef = Tingkat energi akhir
Ei = Tingkat energi awal
Namun teori Bohr ini memiliki kelemahan,
yaitu:
• Bohr hanya dapat menjelaskan spektrum
gas hidrogen, tidak dapat menjelaskan spektrum dari unsur yang jumlah
elektronnya lebih dari satu.
• Tidak dapat menjelaskan adanya
garis-garis halus pada spektrum gas hidrogen.
Kelemahan dari model atom Bohr dapat
dijelaskan oleh Louis Victor de Broglie
pada tahun 1924 dengan teori dualisme
partikel gelombang. Menurut de Broglie, pada kondisi tertentu, materi yang
bergerak memiliki ciri-ciri gelombang.
Hipotesis tersebut terbukti benar dengan
ditemukannya sifat gelombang dari elektron.
Elektron mempunyai sifat difraksi, maka lintasan elektron yang dikemukakan Bohr
tidak dibenarkan. Gelombang tidak bergerak melalui suatu garis, melainkan
menyebar pada daerah tertentu.
Pada tahun 1927, Werner Heisenberg
mengemukakan bahwa posisi atau lokasi suatu elektron dalam atom tidak dapat
ditentukan dengan pasti. Yang dapat ditentukan adalah hanya kemungkinan
(kebolehjadian) menemukan elektron pada suatu titik pada jarak tertentu dari
intinya.
1.
Model atom mekanika gelombang
Hipotesis Louis de Broglie dan
azas ketidakpastian dari Heisenberg merupakan dasar dari model Mekanika Kuantum
(Gelombang) yang dikemukakan oleh Erwin Schrodinger pada tahun1927,
mengajukan konsep orbital untuk menyatakan kedudukan elektron dalam atom.
Orbital menyatakan suatu daerah dimana elektron paling mungkin (peluang
terbesar) untuk ditemukan.
Persamaan gelombang ( ᵠ =
psi) dari Erwin Schrodinger menghasilkan tiga bilangan gelombang (bilangan
kuantum) untuk menyatakan kedudukan (tingkat energi, bentuk, serta orientasi)
suatu orbital, yaitu:
a.
Bilangan kuantum utama (n)
Menentukan besarnya tingkat energi suatu
elektron yang mencirikan ukuran orbital (menyatakan tingkat energi utama atau
kulit atom). Bilangan kuantum utama memiliki harga mulai dari 1, 2, 3, 4,….dst
(bilangan bulat positif). Biasanya dinyatakan dengan lambang, misalnya K(n=1),
L(n=2), dst.
Orbital–orbital dengan bilangan kuantum
utama berbeda, mempunyai tingkat energi yang berbeda. Makin besar bilangan
kuantum utama, kulit makin jauh dari inti, dan makin besar pula energinya.
b.
Bilangan kuantum azimut (l )
Menyatakan subkulit tempat elektron
berada. Nilai bilangan kuantum ini menentukan bentuk ruang orbital dan besarnya momentum sudut elektron. Nilai untuk
bilangan kuantum azimuth dikaitkan dengan bilangan kuantum utama. Bilangan
kuantum azimuth mempunyai harga dari nol sampai (n – 1) untuk setiap n. Setiap
subkulit diberi lambang berdasarkan harga bilangan kuantum l.
l
= 0 , lambang s (sharp)
l
= 1, lambang p (principal)
l =
2, lambang d (diffuse)
l = 3, lambang f (fundamental)
(Lambang s, p, d, dan f diambil dari nama
spektrum yang dihasilkan oleh logam alkali dari Li sampai dengan Cs).
Tabel 1.1
Subkulit-subkulit yang diijinkan pada
kulit K sampai N
c. Bilangan kuantum magnetik (ml)
Menyatakan orbital khusus mana yang
ditempati elektron pada suatu subkulit. Selain itu juga dapat menyatakan
orientasi khusus dari orbital itu dalam ruang relatif terhadap inti. Nilai
bilangan kuantum magnetik bergantung pada bilangan kuantum azimuth, yaitu
bilangan bulat dari –l sampai +l.
Contoh:
l = 0, maka nilai m = 0 berarti hanya
terdapat 1 orbital
l = 1, maka nilai m = –1, 0, +1, berarti
terdapat 3 orbital
d. Bilangan kuantum spin (ms atau s)
Bilangan kuantum spin terlepas dari
pengaruh momentum sudut. Hal ini berarti bilangan kuantum spin tidak
berhubungan secara langsung dengan tiga bilangan kuantum yang lain. Bilangan
kuantum spin bukan merupakan penyelesaian dari persamaan gelombang, tetapi
didasarkan pada pengamatan Otto Stern dan Walter Gerlach terhadap
spektrum yang dilewatkan pada medan magnet, ternyata terdapat dua spektrum yang
terpisah dengan kerapatan yang sama. Terjadinya pemisahan garis spektrum oleh
medan magnet dimungkinkan karena elektron-elektron tersebut selama mengelilingi
inti berputar pada sumbunya dengan arah yang berbeda. Berdasarkan hal ini
diusulkan adanya bilangan kuantum spin untuk menandai arah putaran (spin)
elektron pada sumbunya.
Hanya ada dua kemungkinan arah rotasi
elektron, yaitu searah jarum jam dan berlawanan jarum jam, maka probabilitas
elektron berputar searah jarum jam adalah
dan berlawanan jarum jam . Untuk
membedakan arah putarnya maka diberi tanda positif (+1/2 ) dan negatif (–1/2 ).
Oleh karena itu dapat dimengerti bahwa satu orbital hanya dapat ditempati
maksimum dua elektron.
2.
Bentuk dan orientasi orbital
Setiap orbital mempunyai ukuran, bentuk,
dan arah orientasi ruang yang ditentukan oleh bilangan kuantum n, l, ml.
orbital-orbital bergabung membentuk suatu subkulit, kemudian subkulit bergabung membentuk kulit dan
tingkat energi.
a. Orbital s
Orbital yang paling sederhana. Subkulit s
tersusun dari sebuah orbital dengan bilangan kuantum l = 0 dan mempunyai ukuran
yang berbeda tergantung harga bilangan kuantum n. Probabilitas
(kebolehjadian)untuk menemukan elektron pada orbital s adalah sama untuk ke
segala arah, maka bentuk ruang orbital s seperti bola.
b. Orbital p
Orbital p tersusun dari tiga orbital
dengan bilangan kuantum l = 1. Ketiga orbital p tersebut adalah px, py, pz. dengan
bentuk ruang orbital p seperti dumbbell dengan probabilitas untuk menemukan
elektron semakin kecil bila mendekati inti.
c. Orbital d
Subkulit d tersusun dari lima orbital
yang mempunyai bilangan kuantum l = 2. Arah
orientasi dari orbital d dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu:
–
mempunyai orientasi di
antara sumbu, terdiri dari tiga orbital, yaitu dxy, dxz, dan dyz.
–
mempunyai orientasi
pada sumbu, terdiri dari 2 orbital, yaitu: dx2
–
y2, dan dz2.
3.
Konfigurasi elektron
Konfigurasi elektron menggambarkan penataan/susunan
elektron dalam atom.
a. Aturan Aufbau
(membangun)
Pengisian orbital dimulai dari tingkat
energi yang rendah ke tingkat energi yang tinggi. Elektron mempunyai
kecenderungan akan menempati dulu subkulit yang energinya rendah. Besarnya
tingkat energi dari suatu subkulit dapat diketahui dari bilangan kuantum utama
(n) dan bilangan kuantum azimuth ( l ) dari orbital tersebut.
Orbital dengan harga (n + l) lebih besar
mempunyai tingkat energi yang lebih besar. Jika harga (n + l) sama, maka
orbital yang harga n-nya lebih besar mempunyai tingkat energi yang lebih besar.
Urutan energi dari yang paling rendah ke yang paling tinggi adalah sebagai berikut:
1s < 2s < 2p < 3s < 3p <
4s < 3d < 4p < 5s < 4d < 5p < 6s < 4f < 5d ....
b. Larangan Pauli (Eksklusi Pauli)
Tidak boleh terdapat dua elektron dalam
satu atom dengan empat bilangan kuantum yang sama. Orbital yang sama akan
mempunyai bilangan kuantum n, l, ml yang sama. Yang dapat membedakan hanya
bilangan kuantum spin (s). Dengan demikian,
setiap orbital hanya dapat berisi 2 elektron dengan spin (arah putar) yang berlawanan.
Jadi, satu orbital dapat ditempati
maksimum oleh dua elektron, karena jika elektron
ketiga dimasukkan maka akan memiliki spin yang sama dengan salah satu elektron
sebelumnya.
Maka jumlah elektron pada setiap subkulit
sama dengan dua kali jumlah orbitalnya.
Contoh:
Subkulit s (1 orbital) maksimum 2
elektron
Subkulit p (3 orbital) maksimum 6
elektron
Jumlah maksimum elektron pada kulit ke-n
= 2n2
Contoh:
Jumlah maksimum elektron pada kulit L (n
= 2) = 2 (22) = 8
c. Aturan Hund
Pada pengisian orbital-orbital dengan
energi yang sama, mula-mula elektron menempati
orbital sendiri-sendiri dengan spin yang paralel, baru kemudian berpasangan.
Contoh:
7N : [ He ] 2s2 2p3
Diagram orbitalnya:
Konfigurasi elektron dari gas mulia dapat
dipergunakan untuk menyingkat konfigurasi elektron dari atom-atom yang mempunyai
jumlah elektron (bernomor atom) besar. Berikut contoh peyingkatan konfigurasi
elektron :
19K : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1 disingkat menjadi: [Ar] 4s1
1) Penyimpangan dari aturan umum
Terdapat beberapa atom yang konfigurasi
elektronnya menyimpang dari aturan-aturan umum di atas, seperti:
24Cr : [Ar] 4s2 3d4 kurang stabil, maka berubah menjadi [Ar] 4s1 3d5
29Cu : [Ar] 4s2 3d9 kurang stabil, maka berubah menjadi [Ar] 4s2 3d10
46Pd : [Ar] 5s2 4d8 kurang stabil, maka berubah menjadi [Ar] 4d10
Penyimpangan ini terjadi karena adanya
perbedaan tingkat energi yang sangat kecil antara subkulit 3d dan 4s serta
antara 4d dan 5s pada masing-masing atom tersebut. Pengisian orbital penuh atau
setengah penuh relatif lebih stabil.
2) Cara penulisan urutan subkulit :
Contoh: Ada dua cara menuliskan
konfigurasi elektron Magnesium
1) 25Mg : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d5
2) 25Mg : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d5 4s2
Menurut cara
- Subkulit-subkulit ditulis sesuai dengan urutan tingkat energinya; sedangkan pada cara
- Subkulit-subkulit dari kulit yang sama dikumpulkan. Pada dasarnya kedua cara di atas sesuai dengan aturan Aufbau (dalam prioritas pengisian orbital, yaitu dimulai dari tingkat energi rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi), hanya berbeda dalam hal penulisannya saja.
ARTIKEL TERKAIT:
Kimia
- Materi Persentasi Kimia
- Gaya Molekul dan Gaya Antar Molekul
- Karakteristik Atom Karbon
- Senyawa Hidrokarbon
- Alkana
- Reaksi Autoredoks
- Redoks Berdasarkan Pelepasan dan Penerimaan Elektron
- Redoks berdasarkan penggabungan dan pelepasan Oksigen
- Larutan (Materi SMA)
- Perkembangan Model Atom
- Konfigurasi Elektron
- Massa Atom (Ar) dan Massa Molekul Relatif (Mr)
- Isotop, Isobar, dan Isoton
- Nomor Atom dan Nomor Massa
- Partikel Penyusun Atom
- Lahirnya teori atom
- Materi B3
- Sandi DNA Membentuk Partikel Nano Emas
- Menyaksikan Gerakan Elektron dalam Molekul Selama Reaksi Kimia
- Ledakan Sinar-Gamma Menyingkap Susunan Kimiawi yang Tak Terduga pada Galaksi-galaksi Awal
Kimia SMA
- Gaya Molekul dan Gaya Antar Molekul
- Minyak Bumi
- Karakteristik Atom Karbon
- Senyawa Hidrokarbon
- Alkana
- Reaksi Autoredoks
- Redoks Berdasarkan Pelepasan dan Penerimaan Elektron
- Redoks berdasarkan penggabungan dan pelepasan Oksigen
- Larutan (Materi SMA)
- Perkembangan Model Atom
- Konfigurasi Elektron
- Massa Atom (Ar) dan Massa Molekul Relatif (Mr)
- Isotop, Isobar, dan Isoton
- Nomor Atom dan Nomor Massa
- Partikel Penyusun Atom
- Perhitungan Kimia
- Hukum Dasar Kimia
- Persamaan Reaksi
- Tata Nama Senyawa
- Sifat Fisis Senyawa Ion, Kovalen, Logam
- Ikatan Logam
- Ikatan Kovalen
- Ikatan Ionik
- Susunan Elektron Stabil
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan Tinggalkan Komentarnya