Menurut Koentjaraningrat (1990:180) menafsirkan “Kebudayaan sebagai seluruh gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan untuk pedoman bangsa Indonesia belajar”. Budaya itu sendiri berasal dari bahasa sanskerta “budhayah” yang merupakan bentuk jamak dari “budhi” yang berarti “budi” atau “akal”.
Budaya memiliki dua unsur yakni unsur phenomenon (bentuk benda atau materi) dan noumenon (bentuk ide dan gagasan). Maka, kebudayaan merupakan hasil akal budi (akal) dan hasil karya manusia sepanjang sejarah hidupnya.
Dalam keanekaragaman budaya ada sistem budaya yang di area itu terdapat unsur-unsur gagasan, adat-istiadat yang menjadi pedoman hidup masyarakat setempat yang disebut nilai-nilai budaya. Ada yang mengatakan nilai budaya merupakan pandangan hidup. Namun ada perbedaan antara nilai budaya dan pandangan hidup. Pandangan hidup lazimnya dianut oleh suatu golongan atau individu tertentu dalam masyarakat dan tidak mewakili seluruh masyarakat. Nilai budaya merupakan pedoman hidup warga suatu masyarakat dan memiliki ruang lingkup yang sangat luas dan sebagai konsep yang bersifat umum.
Individu memiliki unsur akal dan jiwa yang memicunya untuk bertindak. Kedua hal ini telah melahirkan kebudayaan masyarakat yang beranekaragam. Berdasarkan hal tersebut montesguieu menyatakan suatu pandangan yang kemudian dalam ilmu antropologi dikenal dengan relativisme kebudayaan. Relativisme kebudayaan berarti bahwa suatu unsur atau adat dalam suatu kebudayaan tak dapat dinilai dengan pandangan yang berasal dari kebudayaan lain, melainkan dari system nilai yang pasti ada di dalam kebudayaan itu sendiri.
Ringkasnya, suatu masyarakat atau kolektif sebaiknya dapat menerima kebudayaan kolektif lain seadanya tanpa adanya pengaruh prasangka-prasangka dalam menilai kebudayaan kolektif lain. Relativisme kebudayaan kiranya akan membuat manusia untuk lebih bersikap toleran pada adat istiadat atau kebiasaan-kebiasaan yang ada dalam kebudayaan masyarakat lain.
Dari renungan bersama dalam konten sosial-intelektual ini setidaknya bisa dijadikan sebagai upaya me-restorasi kearifan lokal yang dalam sentuhan pemikiran, hati, dan jiwa kita telah sedikit mengalami kelunturan pada segi makna dan praksisnya. AMIIIN
*Artikel Kajian Rutin GARUDA : 04 april 2012
oleh : Moh Arifin :)
ARTIKEL TERKAIT:
Organisasi
- Proposal Rakernas Ikahimki 2013 (Januari)
- IKAHIMKI (Ikatan Himpunan Mahasiswa Kimia Indonesia)
- Bismillahirrohmanirrohim "Budaya"
- Doa Kemerdekaan Gus dur
- Buku : Membedah Konsep Negara Islam
- Indonesiaku "ada apa denganmu???
- Refleksi-“Gerakan & Pembebasan”Kartini
- Karakter Bangsa Versus Budaya Korupsi
- Nilai Dasar Gus Dur
- Pendidikan Kaum Pinggiran (GARUDA MALANG)
- Mars Rayon PMII "Pencerahan" Galileo
- Sejarah Rayon PMII "Pencerahan" Galileo
- Sejarah Teater Galileo "TEGAL" (PMII)
- Hitam Putih PMII
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan Tinggalkan Komentarnya